Ilustrasi oleh Puri Ayu Ramadhani
Hai teman-teman Kalisat, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu baik, sehat, dan bermanfaat. Sudah foto di Kedai Doeloe? Sudah ngopi? Sudah mendengar kisah tentang suatu hari di Kalisat, hari ini 71 tahun yang lalu? Belum kan? Kalau belum, yuk pelan-pelan baca catatan di bawah ini. Dimulai dari artikel koran Soeara Asia zaman pendudukan Jepang di Kalisat.
PERJAMUAN PARA BARISAN PRAJURIT PETA DI KALISAT DAN SEKITARNYA
Saat itu Akhir Desember 1943, saat dimana tamatan Pendidikan PETA baru saja tiba di Jember. Dikabarkan oleh Soeara Asia bahwa mereka semua diundang di kediaman Tuan Kalisat Sontyo. Perihal undangan adalah perjamuan. Tasyakuran guna menghormati para prajurit PETA --angkatan pertama-- yang akan berangkat menuju ke tangsi. Perjamuan tersebut dikunjungi kurang lebih 150 orang.
Di sana juga diadakan pidato dan nasehat-nasehat oleh Tuan Kalisat Sontyo.
Keesokan harinya para prajurit berkumpul di alun-alun Kalisat untuk bersama-sama berangkat menuju ke tangsi di salah satu tempat.
Mereka dari pihak penduduk mendapat pakaian sebagai tanda mata dan PT Djember Kentyo memerlukan juga berkunjung dalam selamatan tersebut.
*dari Soeara Asia, 29 Desember 1943
Kenapa Kalisat Menjadi Istimewa?
Seperti yang kita tahu, antara tahun 1947-1949 adalah masa dimana Belanda sedang butuh-butuhnya menguasai --kembali-- potensi strategis, terutama di Jawa Timur.
Kalisat punya Sanatorium, kini berubah menjadi RS Kalisat. Sanatorium ini ada di bawah tilikan dr. Ateng dari Jember, mampu menampung 100 pasien.
Kalisat punya perusahaan tali dari serat nanas, sejak masa pendudukan Jepang. Mereka juga punya pohon-pohon kapas, hasil instruksi Jepang. Selain itu, Kalisat memang tempatnya para pekerja, sejak era George Birnie 1859. Di sini tersedia sumber daya.
Poin pentingnya, Kalisat adalah salah satu lumbung pangan andalan Jember. Mereka bisa memproduksi gula dan terutama beras. Tentu Belanda wajib merebut Kalisat.
Dari sisi aksesbilitas, di sini beroperasi Otobis jalur Kalisat - Jember Kota. Sarana jalan memadai. Yang paling penting, di Kalisat sudah tersedia akses Staatsspoorwegen untuk mempermudah memboyong hasil SDA. Itulah kenapa Kalisat harus direbut!
Jika Soeara Asia tidak berbohong, maka Letkol Moch. Sroedji pernah singgah di sini, menghadiri tasyakuran di kediaman Tuan Kalisat Sontyo, di akhir Desember 1943.
Tambahan
Lekas sekali mereka merapat ke Kalisat untuk memenuhi undangan tasyakuran. Baru pada 3 Oktober 1943 pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 44 Tahun 2603 tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah Air, lalu tak lama kemudian Pendidikan PETA angkatan pertama dilaksanakan. Kemudian pada tanggal 8 Desember 1943, untuk pertama kalinya para perwira PETA dilantik di Lapangan Ikada Jakarta --sekarang disebut lapangan Monas. Salah satu dari mereka adalah Moch. Sroedji, pejuang Jember.
Selang beberapa waktu kemudian, pada 29 Desember 1943, mereka telah ada di Kalisat dalam rangka tasyakuran.
Hari ini 71 tahun yang lalu, Kalisat pernah mencatat kisah itu.